Untuk Info LM: (021) 4586-3943, (021) 4586-3945
Untuk Info Valas: (021) 4586-3788, (021) 4586-3789
Bernard Dahdah dari Natixis memandang skeptis prospek emas mencapai level $3.000 per ons pada tahun 2025, menyoroti perlunya kombinasi kuat antara permintaan Barat dan konsumen China untuk mendorong dan mempertahankan harga di level tersebut.
Dalam analisis terbarunya, Dahdah menggarisbawahi pergeseran signifikan dalam dinamika permintaan emas global. Awal tahun ini, permintaan didominasi oleh bank sentral dan konsumen China, namun kedua segmen ini telah menunjukkan perlambatan seiring harga yang bertahan di dekat rekor tertinggi.
Di sisi lain, investor Barat mulai menunjukkan minat lebih besar terhadap emas, didorong oleh ekspektasi Federal Reserve akan memulai siklus pelonggaran moneter. Namun, Dahdah memperingatkan bahwa dampak pemotongan suku bunga Fed ke depan mungkin tidak sekuat yang diharapkan, mengingat pasar sebagian besar telah memperhitungkan skenario penurunan suku bunga hingga 3% pada Oktober 2025.
China tetap menjadi faktor kunci dalam prospek harga emas, mengingat konsumsi domestiknya menyumbang 33,5% dari total permintaan global pada paruh pertama tahun ini. Efektivitas stimulus pemerintah China dalam mendukung ekonominya yang melambat akan sangat mempengaruhi permintaan emas negara tersebut tahun depan.
"Untuk saat ini, investor China cenderung menahan diri membeli emas tambahan karena mempertimbangkan potensi reli di pasar saham, meski sebelumnya mereka aktif membeli di tengah kekhawatiran turbulensi pasar lokal dan penurunan tajam harga properti," jelas Dahdah.
Meski proyeksi harga relatif moderat, Dahdah tetap memperkirakan permintaan bank sentral akan terus mendukung harga emas dalam dua tahun ke depan, terutama dipicu oleh menurunnya kepercayaan terhadap dolar AS akibat isu plafon utang dan ketegangan politik internal Amerika Serikat.
Sumber : Kitconews