Untuk Info LM: (021) 4586-3943, (021) 4586-3945
Untuk Info Valas: (021) 4586-3788, (021) 4586-3789
Kami membagikan berita-berita terkait logam mulia dan valas secara berkala. Informasi yang kami berikan berasal dari sumber terpercaya sesuai dengan keadaan dan perkembangan tentang logam mulia dan valas terkini.
Survei terbaru Bloomberg mengungkapkan bahwa emas diprediksi menjadi aset lindung nilai terbaik jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS November mendatang. Mayoritas dari 480 responden meyakini kebijakan Trump akan melemahkan dolar AS dan mendorong kenaikan harga emas, dengan lebih dari 60% memproyeksikan pelemahan greenback. Sejarah mendukung pandangan ini, mengingat selama masa jabatan Trump sebelumnya, dolar turun lebih dari 10% sementara harga emas spot menguat lebih dari 50%. Analis menekankan bahwa faktor-faktor seperti ketegangan geopolitik, defisit yang membengkak, dan diversifikasi cadangan bank sentral akan terus mendukung reli emas, terlepas dari hasil pemilihan, namun bisa lebih intens dalam skenario "Trump 2.0" atau "gelombang merah".
Harga emas melonjak lebih dari $20 didorong oleh data ekonomi AS yang menunjukkan penurunan inflasi dan pertumbuhan PDB yang kuat. Pasar kini mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga Fed pada September, memberi angin segar bagi aset-aset berisiko dan safe haven seperti emas.
Menjelang pemilihan presiden AS, World Gold Council memproyeksikan peningkatan permintaan emas akibat meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Terlepas dari hasil pemilu, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset lindung nilai yang menarik di tengah gejolak politik dan ekonomi global.
Pasar emas mengalami pekan yang bergejolak, mencatat rekor tertinggi baru sebelum mengalami koreksi tajam. Sentimen pasar yang berubah-ubah, ekspektasi kebijakan Fed, dan faktor geopolitik menjadi penentu utama pergerakan harga logam mulia ini.
Harga emas global mencapai rekor tertinggi baru, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve dan dukungan kebijakan ekonomi dari mantan Presiden Donald Trump. Meski demikian, kekuatan dolar AS masih menjadi faktor penahan laju kenaikan harga logam mulia tersebut.
Pasar emas menunjukkan ketangguhan luar biasa minggu ini, mempertahankan posisinya di atas $2.400 per ons meski menghadapi tekanan inflasi. Dengan ekspektasi penurunan suku bunga yang meningkat dan sinyal dovish dari Federal Reserve, para analis optimis emas akan mencapai rekor tertinggi baru. Simak analisis mendalam tentang faktor-faktor yang mendorong kekuatan pasar emas dan proyeksi para ahli untuk pergerakan harga di masa depan.
Powell menyatakan bahwa ekonomi AS terus berkembang dengan kuat, namun inflasi mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Analis terkemuka Alex Kuptsikevich dari FxPro memperingatkan bahwa harga emas berisiko turun di bawah $2.300, meski sempat menguat pasca rilis data ketenagakerjaan AS yang lemah. Ia menilai kenaikan terakhir hanya reaksi sementara, dengan ekonomi AS yang memburuk lebih cepat dari penurunan inflasi bisa memicu pemotongan suku bunga Fed untuk alasan "buruk". Dengan resistensi kuat di $2.390 dan titik kritis di $2.340, pasar emas kini berada di persimpangan, menantang keberlanjutan tren bullish yang telah berlangsung sejak Oktober lalu.
Harga emas melonjak tajam, hampir menyentuh $2.400 per ons, didorong oleh data ekonomi AS yang lemah dan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve. Laporan ketenagakerjaan Juni menunjukkan kenaikan pengangguran, memperkuat dugaan perlambatan ekonomi. Analis tetap optimis terhadap prospek emas, meski memperingatkan kemungkinan fluktuasi jangka pendek. Pasar kini menantikan data inflasi dan pernyataan Ketua Fed Jerome Powell minggu depan untuk petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter AS.